Assalammualaikum wr.wb
Terimakasi sebelumnya saya ucapkan kepada pngunjung blog saya.
Kali ini saya kembali lagi untuk berbagi pengalaman mengenai kebudayaan. Dituliskan sebelumnya saya menuliskan bagaimana perjalanan saya dengan teman-teman mencari satu keberadaan naskah kuno. Baiklah tanpa basa basi lagi langsung saja ke pembahasan.
13 November 2019 adalah hari dimana saya dan teman-teman kemnali melakukan perjalan dalam mencari naskah kuno di desa Pringgarata Lombok Tengah. Kami bertemu dengan tokoh masyarakat yang bernama Bapak Murdani.
Tujuan kami bertemu beliau adalah untuk mencari tahu ritual nyeput “jeput” takepan. sebelum saya lanjutkan ceritanya apakah teman teman tahu ritual nyeput? “nyeput” adalah sebuah proses memilih secara acak takepan yang kemudian dibacakan oleh empunya naskah tersebut.
Kepercayaan masyarakat suku sasak mengenai tradisi nyeput ini adalah membaca garis tangan si penyeput takepan tersebut.
Baiklah kita lanjut kecerita yang tadi, sampainyakita dilokasi kami disambut dengan ramah oleh bapak Hasan. Bapak Hasan inilah yang memiliki Takepan Rengganis yang sudah berbentuk buku. akan tetapi hal tersebut tidak akan mengurangi makna isi dalam takepan tersebut. Setelah kita berbincang bincang dengan beliau, kita langsung nyeput takepan tersebut. Dan saya mendapatkan kesempatan nyeput takepan setelah membaca baslamah dan meniatkan dalam hati saya memejamkan mata dan langsung nyeput takepan.
Foto diatas adalah foto hasil nyeputan saya. Makna secara garis besar dari hasil nyeputan saya tersebut adalah : “awalnya sodara ini pemalu akan tetapi karena sering tersakiti sodara ini menjadi ceplas ceplos dalam bertutur dan sodara ini suka memikirkan sesuatu dan kemudian berbicara sendiri didalam hati”
itulah sedikit pengalaman yang bisa saya bagi. Kurang lebihnya saya mohon maaf.
“tunggu cerita selanjutnya ya”
Kajian kebudayaan
Kamis, 14 November 2019
Kamis, 24 Oktober 2019
Naskah kuno
Perkenalkan nama saya Seful Husnan. Pada kesempatan kali ini saya ingin berbagi pengalaman tentang pengalaman saya dalam mengkaji kebudayaan peninggalan orang tua terdahulu. Tujuan utama saya menulis dan berbagi pengalaman saya ini untuk melestarikan budaya yang hampir ditelan zaman karena banyak sekali terjadinya penyimpangan. Baiklah tanpa basa basi saya akan langsung ke pokok pembahasannya.
Pada ari Sabtu, 19 Oktober 2019 saya dan beberapa teman saya melakukan perjalanan yang ada di Lombok Timur, desa tersebut bernama Desa Lenek. Pukul 14:10 kami berjalan menuju lokasi dengan sepeda motor, dalam melakukan sebuah perjalan yang cukup jauh tersebut pasti ada saja rintangan yang harus dihadapi, dan rintangan yang menghalangi kami pasti anda tau, yaappss! benar sekali, yaitu “KEMACETAN”. Kemacetan ini terjadi kaerna adanya kegiatan nyongkolan dan ditengah-tengah kemacetan tersebut sebuah mobil ambulan datang dari arah belakang kami, dan anda bisa bisa bayangkan sendiri bagaimana sebuah mobil ambulan melewati sebuah kemacetan yang ada. Awalnya mobil tersebut tidak bisa lewat akan tetapi teman saya mengambil inisiatif supaya mobil ambulan tersebut bisa lewat dan membawa pasiennya tepat waktu.
Singkat cerita, akhirnya kita sampai di rumah teman kita yang kebetulan dia tinggal tidak jauh dari lokasi yang akan kita jumpai. Namun karena kita sampai disana sudah malam maka kami memutuskan untuk menginap disana. Disana kita disambut dengan hangat oleh kedua orang tuanya. Singakat cerita, keesokkan harinya kita semua bangun pukul 05:23, kita melaksanakan sholat subuh berjamaah dan selesai sholat kita berjalan-jalan mengelilingi kampung tersebut sebelum sarapan dan melanjutkan perjalanan menuju ke lokasi tujuan utama kita.
Singkat cerita, akhirnya kita semua sampai ke lokasi tujuan dengan selamat setelah melewati tanjakan dan jalan yang cukup jelek, karena lokasi ini tempatnya cukup dalam dan berada di atas perbukitan. Lokasi Ini bernama “Desa Lenek Duren” disana kita langsung bertemu dengan orang tua yang bernama Amaq Nadil.
Beliau inilah yang masih menyimpan dan merawat naskah kuno peninggalan alm. Ayahnya. Naskah kuno yang beliau miliki ada dua yaitu Naskah Kawitan dan Lamban Monyeh.
Sekian cerita saya mengenai pengalaman saya dalam mencari naskah kuno peninggalan orang tua terdahulu. Kurang lebihnya saya mohon maaf yang sebesar-besarnya, jika ada kritikan dan saran yang ingin anda sampaikan anda bisa tinggalkan dikolom komentar. Lanjutan cerita tersebut mengenai isi Naskah Kawitan dan Lamban Monyeh akan saya bagi secepatnya jadi, terus pantau blog saya dan terimakasih.
Wassalammualaikum wr.wb
Langganan:
Postingan (Atom)